Rabu, 03 Juli 2013

Model Konseptualisasi Masalah ABC


1.    Model Konseptualisasi Masalah ABC
   Konseptualisasi perilaku ABC http://zhilvia-zhilvia.blogspot.com/2012/11/konseptualisasi-model-dalam-konseling.html adalah suatu pendekatan untuk mengidentifikasi hubungan antara perilaku bermasalah dan peristiwa lingkungan. ABC adalah :
1.    Antecedent (anteseden) atau pristiwa-peristiwa yang mendahului atau ada sebelum perilaku.
Anteseden mempengaruhi perilaku dengan meningkatkan atau menurunkan kemungkinan kejadiannya, Berbagai bentuk perilaku dan reakasi-reaksi emosional dan somatik seperti marah, takut, gembira, pusing, atau meningkatkan tekanan darah disebabkan oleh adanya peristiwa-peristiwa yang mendahului atau stimulus.
Berbagai bentuk anteseden itu antara lain adalah bergantung usia, taraf perkembangan, keadaan fisiologis, karakteristik kerja, rumah, atau kondisi sekolah, dan perilaku-perilaku lain yang muncul dan mempengaruhi perilaku-perilaku lain yang muncul dan mempengaruhi perilaku-perilaku berikutnya.
Anteseden juga dapat bersumber pada komponen afektif (pernyataan perasaan, suasana hati), perilaku (respon verbal, nonverbal, dan motorik), kognitif (pikiran, keyakinan, image, dialog internal), kontekstual (waktu, tempat, peristiwa yang terjadi bersamaan), dan relasional (ada atau tidak adanya seseorang).
Perwujudan Anteseden dalam prilaku seseorang dibagi dalam dua kategori :
a.    Negative
Seperti rasa “cemas” mungkin berkaitan dengan takut kehilangan kontrol (kognitif/afektif), memiliki persepsi negatif tentang diri dan orang lain (kognitif), kesadaran tentang sensasi tubuh yang berkaitan dengan ketakutan, kelelahan, dan kecenderungan hypoglycemic (somatik), bangun terlambat (perilaku), menghadiri tempat umum (kontekstual), dan tidak adanya orang lain yang dekat dengan dirinya seperti teman dan keluarga (relasional).
b.    Positive
Di samping itu juga terdapat variasi sumber anteseden yang dapat meniadakan kecemasan, seperti perasaan rileks, atau mengurangi ketakutan terhadap terjadinya peristiwa (afektif), istirahat (somatik), makan dengan teratur atau mengurangi perilaku tergantung pada orang lain (perilaku), menilai diri dan orang lain dengan positif (kognitif), dan keinginan untuk berhubungan dengan orang lain (relasional).
Pengaruh anteseden pada perilaku dapat bervariasi, tergantung pada pengalaman belajar tiap individu.
2.    Behavior (perilaku), meliputi :
a.        perilaku yang tampak.
Perilaku tampak adalah perilaku yang dapat dilihat secara langsung seperti berbicara, tersenyum, menangis, berjalan, menulis, dan sebaginya.
b.      tidak tampak.
Perilaku tidak tampak atau tertutup meliputi peristiwa-peristiwa internal di dalam diri klien dan tidak dapat dilihat atau diamati secara langsung, tetapi dapat dideteksi melalui ekspresi non verbal atau laporan diri klien. Contoh perilaku nonverbal adalah berpikir, berkeyakinan, image, dan merasa.
3.    Consequences (konsekuensi) atau peristiwa-peristiwa yang mengikuti perilaku dan berpotensi mempertahankannya.
Konsekuensi dapat berbentuk ganjaran atau hukuman. Ganjaran adalah sesuatu yang menyenangkan mengikuti munculnya perilaku yang diharapkan. Sedangkan hukuman adalah sesuatu yang tak menyenangkan mengikuti munculnya perilaku. Seperti halnya anteseden, sesuatu yang berfungsi sebagai konsekuensi dapat bervariasi dari klien ke klien. Seperti halnya anteseden, konsekuensi juga selalu memiliki lebih dari satu sumber atau tipe peristiwa. Sumber-sumber konsekuensi tersebut dapat bersifat afektif, somatik, perilaku, kognitif, kontekstual, dan/atau relasional.
 Model ini menyatakan bahwa B dipengaruhi oleh A dan C, atau B merupakan fungsi dari A dan C. A dan C memberikan penjelasan berkenaan dengan bagaimana seseorang bertindak B dalam suatu situasi.
Contoh keterkaitan antara faktor A B C dalam diri individu adalah sebagai berikut :
perilaku berbicara. Perilaku berbicara kita selalu disebabkan oleh tanda-tanda tertentu, seperti adanya orang lain yang menstimulasi kita untuk mengajaknya berbicara, atau karena ada orang lain yang mengajukan pertanyaan pada kita atau membuat perilaku tertentu sehingga mendorong kita untuk mengajukan pertanyaan. Antaseden yang mungkin dapat memperlemah keinginan kita untuk berbicara dapat meliputi antara lain adanya perasaan takut jika tidak mendapatkan persetujuan atau tanggapan positif terhadap apa yang kita bicarakan atau bagaimana kita akan menjawab pertanyaan yang mungkin akan muncul. Perilaku berbicara kita dapat dipertahankan oleh perhatian verbal dan nonverbal yang kita terima dari orang lain itu. Konsekuensi positif yang lain yang dapat menjaga perilaku berbicara kita adalah adanya perasaan senang, atau bahagia ketika kita berbicara dengan orang. Kita mungkin tidak akan bicara banyak jika orang yang sedang kita ajak bicara tidak memperhatikan (memandang) kearah kita (menatap kemana-mana).
 Mengikuti model ini, wawancara asesmen atau studi kasus perlu memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi peristiwa-peristiwa antaseden dan konsekuensi yang mempengaruhi atau berhubungan secara fungsional dengan gangguan perilaku klien.

Tabel model konseptualisasi ABC

A
B
C
Tidak pernah puas dengan keadaan
Marah
Dijauhi teman
Merasa kurang mampu dalam mapel tertentu
Minder
Tidak dapat berkembang (pasif)
Keadaan fisiknya terlalu kegemukan
Malu, minder
Diejek teman-teman
Cita-cita tidak disetujui oleh orang tua
Marah
Frustasi
Kondisi kesehatan menurun
Kurang PD
Kurang dekat dengan teman-teman




Tidak ada komentar:

Posting Komentar