1. Model
Konseptualisasi Masalah ABC
Konseptualisasi
perilaku ABC http://zhilvia-zhilvia.blogspot.com/2012/11/konseptualisasi-model-dalam-konseling.html adalah suatu pendekatan untuk
mengidentifikasi hubungan antara perilaku bermasalah dan peristiwa lingkungan.
ABC adalah :
1.
Antecedent (anteseden) atau
pristiwa-peristiwa yang mendahului atau ada sebelum perilaku.
Anteseden
mempengaruhi perilaku dengan meningkatkan atau menurunkan kemungkinan
kejadiannya, Berbagai bentuk perilaku dan reakasi-reaksi emosional dan somatik
seperti marah, takut, gembira, pusing, atau meningkatkan tekanan darah
disebabkan oleh adanya peristiwa-peristiwa yang mendahului atau stimulus.
Berbagai bentuk anteseden itu antara lain adalah
bergantung usia, taraf perkembangan, keadaan fisiologis, karakteristik kerja,
rumah, atau kondisi sekolah, dan perilaku-perilaku lain yang muncul dan
mempengaruhi perilaku-perilaku lain yang muncul dan mempengaruhi
perilaku-perilaku berikutnya.
Anteseden juga dapat bersumber pada komponen afektif
(pernyataan perasaan, suasana hati), perilaku (respon verbal, nonverbal, dan
motorik), kognitif (pikiran, keyakinan, image, dialog internal), kontekstual
(waktu, tempat, peristiwa yang terjadi bersamaan), dan relasional (ada atau
tidak adanya seseorang).
Perwujudan Anteseden dalam prilaku seseorang dibagi dalam dua kategori :
a. Negative
Seperti rasa “cemas” mungkin berkaitan dengan takut
kehilangan kontrol (kognitif/afektif), memiliki persepsi negatif tentang diri
dan orang lain (kognitif), kesadaran tentang sensasi tubuh yang berkaitan
dengan ketakutan, kelelahan, dan kecenderungan hypoglycemic (somatik), bangun
terlambat (perilaku), menghadiri tempat umum (kontekstual), dan tidak adanya
orang lain yang dekat dengan dirinya seperti teman dan keluarga (relasional).
b. Positive
Di samping itu juga terdapat variasi sumber anteseden
yang dapat meniadakan kecemasan, seperti perasaan rileks, atau mengurangi
ketakutan terhadap terjadinya peristiwa (afektif), istirahat (somatik), makan
dengan teratur atau mengurangi perilaku tergantung pada orang lain (perilaku),
menilai diri dan orang lain dengan positif (kognitif), dan keinginan untuk
berhubungan dengan orang lain (relasional).
Pengaruh
anteseden pada perilaku dapat bervariasi, tergantung pada pengalaman belajar
tiap individu.
2.
Behavior
(perilaku), meliputi :
a. perilaku yang tampak.
Perilaku tampak adalah perilaku yang
dapat dilihat secara langsung seperti berbicara, tersenyum, menangis, berjalan,
menulis, dan sebaginya.
b. tidak
tampak.
Perilaku tidak tampak atau tertutup
meliputi peristiwa-peristiwa internal di dalam diri klien dan tidak dapat
dilihat atau diamati secara langsung, tetapi dapat dideteksi melalui ekspresi
non verbal atau laporan diri klien. Contoh perilaku nonverbal adalah berpikir,
berkeyakinan, image, dan merasa.
3.
Consequences
(konsekuensi) atau peristiwa-peristiwa yang mengikuti perilaku dan
berpotensi mempertahankannya.
Konsekuensi
dapat berbentuk ganjaran atau hukuman. Ganjaran adalah sesuatu yang
menyenangkan mengikuti munculnya perilaku yang diharapkan. Sedangkan hukuman
adalah sesuatu yang tak menyenangkan mengikuti munculnya perilaku. Seperti
halnya anteseden, sesuatu yang berfungsi sebagai konsekuensi dapat bervariasi
dari klien ke klien. Seperti halnya anteseden, konsekuensi juga selalu memiliki
lebih dari satu sumber atau tipe peristiwa. Sumber-sumber konsekuensi tersebut
dapat bersifat afektif, somatik, perilaku, kognitif, kontekstual, dan/atau
relasional.
Model ini menyatakan bahwa B dipengaruhi oleh
A dan C, atau B merupakan fungsi dari A dan C. A dan C memberikan penjelasan
berkenaan dengan bagaimana seseorang bertindak B dalam suatu situasi.
Contoh
keterkaitan antara faktor A B C dalam diri individu adalah sebagai berikut :
perilaku berbicara. Perilaku
berbicara kita selalu disebabkan oleh tanda-tanda tertentu, seperti adanya
orang lain yang menstimulasi kita untuk mengajaknya berbicara, atau karena ada
orang lain yang mengajukan pertanyaan pada kita
atau membuat perilaku tertentu sehingga mendorong kita untuk mengajukan
pertanyaan. Antaseden yang mungkin
dapat memperlemah keinginan kita untuk berbicara dapat meliputi antara lain
adanya perasaan takut jika tidak mendapatkan persetujuan atau tanggapan positif
terhadap apa yang kita bicarakan atau bagaimana kita akan menjawab pertanyaan
yang mungkin akan muncul. Perilaku berbicara kita dapat dipertahankan oleh
perhatian verbal dan nonverbal yang kita terima dari orang lain itu. Konsekuensi positif yang lain yang
dapat menjaga perilaku berbicara kita adalah adanya perasaan senang, atau
bahagia ketika kita berbicara dengan orang. Kita mungkin tidak akan bicara
banyak jika orang yang sedang kita ajak bicara tidak memperhatikan (memandang)
kearah kita (menatap kemana-mana).
Mengikuti model ini, wawancara asesmen atau
studi kasus perlu memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi
peristiwa-peristiwa antaseden dan konsekuensi yang mempengaruhi atau
berhubungan secara fungsional dengan gangguan perilaku klien.
Tabel model
konseptualisasi ABC
A
|
B
|
C
|
Tidak pernah puas dengan keadaan
|
Marah
|
Dijauhi teman
|
Merasa kurang mampu dalam mapel tertentu
|
Minder
|
Tidak dapat berkembang (pasif)
|
Keadaan fisiknya terlalu kegemukan
|
Malu, minder
|
Diejek teman-teman
|
Cita-cita tidak disetujui oleh orang tua
|
Marah
|
Frustasi
|
Kondisi kesehatan menurun
|
Kurang PD
|
Kurang dekat dengan teman-teman
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar